Rangkaian
listrik terdiri dari sumber arus listrik dan beban yang dihubungkan
dengan menggunakan konduktor. Beban dapat berupa komponen-komponen
elektronik (transistor, resistor, dan lain-lain), pesawat elektronik
(radio, televisi, dan lain-lain) atau pesawat listrik (lampu, setrika
listrik, dan lain-lain). Sedangkan sumber arus listrik dapat berupa
baterai atau listrik PLN. Rangkaian listrik dapat berupa
rangkaian Terbuka atau rangkaian Tertutup. Rangkaian Terbuka tidak
dapat mengalirkan arus karena jalannya arus diputus (dibuka). Sedangkan
rangkaian tertutup dapat mengalir pada beban dan juga pada sumber. Pada
beban, arus mengalir dari kutub positif menuju kutub negatif. Sedangkan
di dalam sumber, arus mengalir dari kutub negatif positif menuju kutub
positif.
Penerapan Hukum Ohm pada Rangkaian Listrik
Telah
disebut bahwa rangkaian listrik terdiri dari sumber arus dan beban.
Yang perlu diketahui adalah bahwa pada beban terdapat hambatan listrik
dan pada sumber arus listrik dan pada sumber arus terdapat tegangan
listrik. Tinggi tegangan dan besarnya kuat arus yang mengalir pada
rangakaian yang bersangkutan.
Antara
ujung-ujung resistor dipasang Voltmeter, maka alat ini akan menunjukkan
tinggi tegangan yang terdapat antara ujung-ujung resistor tersebut.
Pada lintasan arus dipasang ameremeter, maka lat ini akan menunjukkan
kuat arus yang mengalir pada resistor. Kuat arus tersebut tergantung
pada tinggi tegangan dan besaran hambatan resistor.
Keterangan: I = Kuat arus dalam satuan ampere
V= tegangan dalam satuan volt
R= hambatan dalam satuan ohm
Setiap
pesawat listrik memerlukan energi listrik. Tanpa energi tersebut,
pesawat listrik tidak dapat bekerja. Besarnya energi listrik setiap satu
satuan Waktu disebut daya listrik. Satuan untuk menyatakan besarnya
daya adalah joule/detik. Joule per detik disebut watt disingkat W
turunan satuan yang sering digunakan adalah MW, kWdan mV. Contoh, sebuah
lampu menggunakan daya listrik 100 W artinya setiap satu detik alat
tersebut menggunakan energi sebesar 100 joule.
Rangkaian Dasar Transistor Sebagai Saklar
Transistor
dapat berfungsi sebagai Saklar bila transistor dapat mengalirkan arus
dengan jenuh dan dapat pula menyumbat. Transistor yang mengalirkan arus
jenuh sama dengan sama artinya. Saklar menutup (on), dan transistor yang
menyumbat sama dengan Saklar yang sedang membuka (off). Agar transistor
dapat mengalirkan arus maupun menyumbat, maka kepada transistor harus
diberi tegangan cara tertentu.
1. Pemberian Tegangan pada Transistor.
Salah satu cara pemberian tegangan (sumber daya) Pada transistor
adalah dengan menggunakan dua buah sumber tegangan. Satu sumber
diberikan antara emitor dan kolektor dan satu lagi di berikan antara
emitor dan basisi. Sumber tegangan yang diberikan pada transistor harus
tegangan dari sumber arus searah (DC = direct current). Adapun caranya
adalah berikut:
a. Pemberian tegangan pada Transistor. Tipe PNP
* Antara kaki emito dan kolektor yaitu kaki emitor diberi tegangan positif dan kaki kolektor diberi tegangan negatif
* Antara kaki basis dan emitor yaitu kaki emitor diberi tegangan positif dan kaki basis kolektor diberitegangan negatif
b. Pemberian tegangan pada Transistor. Tipe NPN
* Antara kaki emito dan kolektor yaitu kaki emitor diberi tegangan negatif positif dan kaki kolektor diberi tegangan positif
* Antara kaki basis dan emitor yaitu kaki emitor diberi tegangan negatif dan kaki basis kolektor diberi tegangan positif
Posting Komentar